Translate

Rabu, 30 Januari 2013

MENCARI PERLINDUNGAN ALLAH (TAUBAT)



khutbah Jum'at tanggal 13 rabiulawal 1434
 
اَلْحَمْدُ ِللهِ الواحد القهار العزيز الغفار مكور الليل على النهار تذكرة لأولى القلوب والابصار وتبصرة لذوى الألباب والاعتبار الذى ايقظ من خلقه من اصطفاه فزهدهم فى هذه الدار. احمده سبحانه وتعالى واشهد ان لا اله الاالله البر الكريم الرءوف الرحيم واشهد ان سيدنا محمدا عبده ورسوله وحبيبه وخليله الهادى الى صراط مستقيم والداعى الى دين قويم. أللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وأصحابه وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. فياأيها الناس, اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون. أعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وقال النبي صلى الله عليه وسلم من تاب قبل ان تطلع الشمس من مغربها تاب الله عليه صدق الله العظيم وصدق رسوله النبي الحبيب الكريم ونحن على ذلك من الشهدين والشكرين والحمد لله رب العلمين أما بعد.

Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang dimulyakan Allah
Ungkapan syukur secara mendalam, peningkatan kesadaran ilahiyyah dan ubudiyyah yang berkesinambungan dan pengamalan ibadah dan muamalah yang semakin berkualitas adalah bukti pernyataan ketundukan dan kepasrahan kita kepada Allah SWT,  dari hari dan masa yang terus bergulir sepanjang ruh kita masih menempati jasad, marilah kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
 Rahmat dan Salam semoga tetap Allah anugerahkan kepada yang dihormati manusia, dan diagungkan malaikat, yang ditakuti Iblis dan dijauhi syetan. Sang kekasih Allah, Cahaya di tengah kegelapan, yang syafaatnya selalu dinanti oleh seluruh umatnya, pemegang singgasana kenabian,Pembawa risalah kebenaran, pembuka belenggu kedzaliman,Nabi besar Muhammad SAW.
Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang dimulyakan Allah
Perjalanan kehidupan manusia di dunia takkan bisa terlepas dari cobaan, seluruh jagat raya yang Allah ciptakan hanyalah untuk manusia dan itu semua menjadi cobaan baginya. وماالحيوة الدنيا الا لهو ولعب  Bila manusia hanya bermain dan bersenang-senang di kehidupan dunia tanpa mampu mengatasi cobaan yang Allah berikan, maka ketika ia keluar dari alam dunia, tidak ada apapun yang ia bawa selain penyesalan dan tangisan yang tiada henti. Cobaan yang Allah berikan kepada manusia bisa bernama kekayaan ataupun kemiskinan, Cobaan yang allah timpakan kepada kita juga bisa bernama kecantikan dan ketampanan, jabatan dan kedudukan, tahta dan kehormatan, kecerdasan dan kebodohan, musibah dan keberuntungan, juga kesehatan dan rasa sakit.
Kemudian dalam menghadapi segala cobaan yang Allah berikan, manusia terbagi 2 macam. Di antara mereka ada golongan yang melewati cobaan Allah dengan selamat dan mendapatkan hikmah kebaikan dari coban itu, sementara satu golongan yang lain terjerumus dan tidak dapat mengendalikan cobaan-cobaan itu hingga akhir kehidupannya. Semoga kita semua termasuk orang yang mendapatkan kebaikan dari segala cobaan yang allah berikan. Amien…
 Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang dimulyakan Allah
Namun sudah menjadi sunnatullah adanya, bahwa selain Nabi dan rasul, tidak ada satu manusia pun yang terlepas dari dosa dan kesalahan, tidak ada satu orang pun yang tidak pernah berbuat dosa dan kemaksiatan. Orang yang diberikan banyak harta, pasti pernah berdosa dalam membelanjakan harta bendanya, begitu pun orang miskin, Orang yang diberikan ilmu dan kecerdasan, pasti pernah berbuat dosa dalam mengaplikasikan ilmu dan kecerdasannya, begitu pun orang bodoh, dan mereka yang memiliki kepemimpinan, jabatan dan kedudukan pasti memiliki kesalahan dalam melaksanakan kepemimpinan dan jabatannya, begitu pun rakyat biasa. Dari mereka semua, yang terbaik bukanlah yang tidak pernah berbuat kesalahan, yang terbaik dari mereka adalah orang yang mau memperbaiki kesalahannya dan kembali kepada kebaikan dan kebenaran. Dalam syariat islam, hal ini kita kenal dengan istilah Taubat.
Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang dimulyakan Allah
Taubat dalam bahasa arab berarti kembali, kembali dari jalan kesesatan menuju jalan terang kebaikan yang ditunjukkan oleh Allah SWT. Orang yang telah melaksanakan taubat dengan sesungguhnya, digambarkan seperti manusia yang dilahirkan kembali dari ibunya, bersih putih tanpa dosa. Namun Islam juga memberikan syarat dan ketentuan tentang taubat yang sesungguhnya yang dikenal dengan istilah Taubat Nasuha, taubat yang mampu membersihkan manusia layaknya bayi yang baru dilahirkan dari ibunya.
Para ulama sepakat bahwa taubat hukumnya wajib, apabila dosa dan maksiat yang dilakukan seseorang hanya berhubungan dengan Allah saja, maka syarat diterimanya taubat ada tiga :
  1. Meninggalkan kemaksiatan yang telah ia lakukan
  2. Menyesal atas kesalahan dan kemaksiatan yang ia lakukan, dan
  3. Berjanji untuk tidak melakukan kembali perbuatan dosa tersebut untuk selamanya.
Namun jika dosa dan maksiat yang dilakukan seseorang berhubungan dengan sesama manusia, maka syaratnya bertambah satu, yaitu ia harus meminta dan mendapatkan maaf dari orang yang bersangkutan. Jika seluruh syarat dan ketentuan taubat tadi tidak dipenuhi, maka taubat seseorang tidak akan pernah diterima.
Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang dimulyakan Allah
Rasulullah SAW pernah bersabda :
من تاب قبل ان تطلع الشمس من مغربها تاب الله عليه
“ Barangsiapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan menerima taubatnya”
Dalam hadis lain beliau bersabda :
إن الله عز وجل يقبل توبة العبد مالم يغرغر
“ Sesungguhnya Allah akan menerima taubat seseorang sebelum nafas di tenggorokan, atau sebelum ajal tiba”.
Allah yang memiliki umur seluruh makhluk, bisa mencabut nyawa kita kapan saja Allah mau, tak ada kesempatan negosiasi bila Allah akan mengakhiri kehidupan makhluknya di dunia. Maka sebelum ajal menjemput kita, sebelum nafas di ujung tenggorokan, sebelum ruh kita kembali ke hadirat Allah SWT, marilah saat ini, detik ini juga kita memanjatkan taubat yang sesungguhnya kepada Allah SWT. Marilah kita tinggalkan segala kemaksiatan yang selama ini kita lakukan, Menyesali dosa-dosa yang pernah kita perbuat dan kita berjanji untuk tidak kembali lagi melakukan dosa-dosa itu. Dengan demikian semoga kita termasuk orang yang kembali kepada Allah dalam keadaan suci dengan Taubat Nasuha, taubat yang sebenar-benarnya, amien ya robbal alamin…
Untuk mereka yang menjadi pemimpin, bertaubatlah dengan cara menjadi pemimpin yang adil. Untuk mereka yang diberikan harta dan kekayaan, santunilah fakir dan miskin, yatim dan piatu, jangan lupakan zakat, infak dan shadaqah. Belanjakan harta kekayaan hanya untuk Allah SWT. Untuk mereka para pemuda dan remaja, isilah aktifitas keseharian hanya untuk ibadah kepada Allah SWT, bukan untuk sibuk mengikuti trend yang menyesatkan akhlak dan kepribadian sebagai muslim. Untuk mereka yang sering berselisih, damailah secepatnya dengan penuh rasa kasih sayang, dan untuk seluruh kaum muslimin, kembalilah meramaikan masjid dan majlis ta’lim sebagai tanda kebesaran syiar islam.
Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang dimulyakan Allah
Rasulullah bersabda :
سبعة يظلهم الله فى ظله يوم لا ظل الا ظله امام عادل وشاب نشأ فى عبادة الله ورجل قلبه معلق بالمساجد ورجلان تحابا فى الله اجتمعا عليه وتفرقا عليه ورجل دعته امراة ذات منصب وجمال فقال اني اخاف الله ورجل تصدق بصدقة فأخفاها حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه ورجل ذكر الله تعالى خاليا ففاضت عيناه (متفق عليه)
Ada 7 orang yang akan mendapat perlindungan Allah SWT di hari dimana tidak ada perlindungan selain dari perlindungan Allah:
  1. Pemimpin yang adil
  2. Pemuda yang hidupnya penuh dengan ibadah  kepada Allah SWT
  3. Orang yang hatinya selalu terpaut kepada masjid
  4. Dua orang bersama-sama karena Allah dan berpisah juga karena Allah
  5. Laki-laki yang ketika ada perempuan cantik menggodanya, ia berkata : “ saya takut kepada Allah”
  6. Orang yang menyembunyikan sodaqohnya sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya
  7. Seseorang yang mengingat Allah di saat sunyi, dan berlinanglah air matanya.
Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang dimulyakan Allah
Allah SWT berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 8 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Kemaksiatan dan perbuatan dosa selalu terbungkus oleh kesenangan dan keindahan, sekilas, seseorang akan merasa senang dan indah ketika ia berbuat dosa dan kemaksiatan, namun itu hanya luarnya saja, padahala sesungguhnya ia masuk ke dalam lubang kegelapan dan kesengsaraan yang sangat dalam. Dan ketika seseorang mampu melewati keindahan dan kesenangan dari kemaksiatan, maka ia akan menemukan kesenangan dan kebahagiaan yang abadi yang dijanjikan oleh Allah SWT.
Dalam sejarah, Umar bin Khattab sebelum beliau masuk islam, pernah membunuh anak perempuannya hidup-hidup dan memusuhi islam bahkan hampir membunuh nabi Muhammad SAW, namun setelah belaiu masuk islam, beliau berada di barisan paling depan dalam membela islam dan Rasulullah SAW, Umar bi Khattab karena taubatnya, terpilih menjadi salah satu sahabat yang dijanjikan pertama kali masuk surga bersama Rasulullah.
Ibrahim bin Adham, seorang raja yang memiliki kekuasaan dan kekayaan berlimpah, ia sangat senang dan bangga memiliki kekayaannya, sampai lupa menyantuni fakir miskin, namun setelah ia bertaubat nasuha, ia menjadi seorang sufi terkemuka dan mendapat kedudukan yang mulia di hadapan Allah SWT.
Begitulah kisah orang-orang yang menjalani taubat dengan sebenar-benarnya. Kesenangan sebentar yang mereka korbankan, akhirnya berganti menjadi kebahagiaan yang abadi, kenikmatan dunia yang mereka abaikan, akhirnya membawa mereka kepada kenikmatan akherat yang dijanjikan. Semoga kita bisa mengikuti jejak orang-orang soleh, yang bertaubat dengan sebenar-benarnya dan mendapat petunjuk, pertolongan dan kebahagiaan abadi dari Allah SWT. Amien ya rabbal alamin…….
بارك الله لي ولكم فى القران العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ العظيم لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

Senin, 28 Januari 2013

KITA HARUS SELALU MENGINGAT KEMATIAN



Mengingat Mati
Hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Akan datang masanya kita berpisah dengan dunia berikut isinya. Perpisahan itu terjadi saat kematian menjemput, tanpa ada seorang pun yang dapat menghindar darinya. Karena Ar-Rahman telah berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai satu fitnah (ujian), dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35)
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
Di mana saja kalian berada, kematian pasti akan mendapati kalian, walaupun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (An-Nisa`: 78)
Kematian akan menyapa siapa pun, baik ia seorang yang shalih atau durhaka, seorang yang turun ke medan perang ataupun duduk diam di rumahnya, seorang yang menginginkan negeri akhirat yang kekal ataupun ingin dunia yang fana, seorang yang bersemangat meraih kebaikan ataupun yang lalai dan malas-malasan. Semuanya akan menemui kematian bila telah sampai ajalnya, karena memang:
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
Seluruh yang ada di atas bumi ini fana (tidak kekal).” (Ar-Rahman: 26)
Mengingat mati akan melembutkan hati dan menghancurkan ketamakan terhadap dunia. Karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan hasungan untuk banyak mengingatnya. Beliau bersabda dalam hadits yang disampaikan lewat shahabatnya yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذمِ اللَّذَّاتِ
Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR. At-Tirmidzi no. 2307, An-Nasa`i no. 1824, Ibnu Majah no. 4258. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata tentang hadits ini, “Hasan shahih.”)
Dalam hadits di atas ada beberapa faedah:
- Disunnahkannya setiap muslim yang sehat ataupun yang sedang sakit untuk mengingat mati dengan hati dan lisannya, serta memperbanyak mengingatnya hingga seakan-akan kematian di depan matanya. Karena dengannya akan menghalangi dan menghentikan seseorang dari berbuat maksiat serta dapat mendorong untuk beramal ketaatan.
- Mengingat mati di kala dalam kesempitan akan melapangkan hati seorang hamba. Sebaliknya, ketika dalam kesenangan hidup, ia tidak akan lupa diri dan mabuk kepayang. Dengan begitu ia selalu dalam keadaan bersiap untuk “pergi.” (Bahjatun Nazhirin, 1/634)
Ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas adalah ucapan yang singkat dan ringkas, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (kematian).” Namun padanya terkumpul peringatan dan sangat mengena sebagai nasihat, karena orang yang benar-benar mengingat mati akan merasa tiada berartinya kelezatan dunia yang sedang dihadapinya, sehingga menghalanginya untuk berangan-angan meraih dunia di masa mendatang. Sebaliknya, ia akan bersikap zuhud terhadap dunia. Namun bagi jiwa-jiwa yang keruh dan hati-hati yang lalai, perlu mendapatkan nasihat panjang lebar dan kata-kata yang panjang, walaupun sebenarnya sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ
“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).”
disertai firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati,” sudah mencukupi bagi orang yang mendengar dan melihat. Alangkah bagusnya ucapan orang yang berkata:
اذْكُرِ الْمَوْتَ تَجِدُ رَاحَةً، فِي إِذْكَارِ الْمَوْتِ تَقْصِيْرُ اْلأَمَلِ
Ingatlah mati niscaya kau kan peroleh kelegaan, dengan mengingat mati akan pendeklah angan-angan.”
Adalah Yazid Ar-Raqasyi rahimahullahu berkata kepada dirinya sendiri, “Celaka engkau wahai Yazid! Siapa gerangan yang akan menunaikan shalat untukmu setelah kematianmu? Siapakah yang mempuasakanmu setelah mati? Siapakah yang akan memintakan keridhaan Rabbmu untukmu setelah engkau mati?”
Kemudian ia berkata, “Wahai sekalian manusia, tidakkah kalian menangis dan meratapi diri-diri kalian dalam hidup kalian yang masih tersisa? Duhai orang yang kematian mencarinya, yang kuburan akan menjadi rumahnya, yang tanah akan menjadi permadaninya dan yang ulat-ulat akan menjadi temannya… dalam keadaan ia menanti dibangkitkan pada hari kengerian yang besar. Bagaimanakah keadaan orang ini?” Kemudian Yazid menangis hingga jatuh pingsan. (At-Tadzkirah, hal. 8-9)
Sungguh, hanya orang-orang cerdas cendikialah yang banyak mengingat mati dan menyiapkan bekal untuk mati. Shahabat yang mulia, putra dari shahabat yang mulia, Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma mengabarkan, “Aku sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala datang seorang lelaki dari kalangan Anshar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, ‘Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.’
‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’, tanya lelaki itu lagi. Beliau menjawab:
أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ
Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1384)
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata, “Ad-Daqqaq berkata, ‘Siapa yang banyak mengingat mati, ia akan dimuliakan dengan tiga perkara: bersegera untuk bertaubat, hati merasa cukup, dan giat/semangat dalam beribadah. Sebaliknya, siapa yang melupakan mati ia akan dihukum dengan tiga perkara: menunda taubat, tidak ridha dengan perasaan cukup dan malas dalam beribadah. Maka berpikirlah, wahai orang yang tertipu, yang merasa tidak akan dijemput kematian, tidak akan merasa sekaratnya, kepayahan, dan kepahitannya. Cukuplah kematian sebagai pengetuk hati, membuat mata menangis, memupus kelezatan dan menuntaskan angan-angan. Apakah engkau, wahai anak Adam, mau memikirkan dan membayangkan datangnya hari kematianmu dan perpindahanmu dari tempat hidupmu yang sekarang?” (At-Tadzkirah, hal. 9)
Bayangkanlah saat-saat sakaratul maut mendatangimu. Ayah yang penuh cinta berdiri di sisimu. Ibu yang penuh kasih juga hadir. Demikian pula anak-anakmu yang besar maupun yang kecil. Semua ada di sekitarmu. Mereka memandangimu dengan pandangan kasih sayang dan penuh kasihan. Air mata mereka tak henti mengalir membasahi wajah-wajah mereka. Hati mereka pun berselimut duka. Mereka semua berharap dan berangan-angan, andai engkau bisa tetap tinggal bersama mereka. Namun alangkah jauh dan mustahil ada seorang makhluk yang dapat menambah umurmu atau mengembalikan ruhmu. Sesungguhnya Dzat yang memberi kehidupan kepadamu, Dia jugalah yang mencabut kehidupan tersebut. Milik-Nya lah apa yang Dia ambil dan apa yang Dia berikan. Dan segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ajal yang telah ditentukan.
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata, “Tidaklah hati seorang hamba sering mengingat mati melainkan dunia terasa kecil dan tiada berarti baginya. Dan semua yang ada di atas dunia ini hina baginya.
Adalah ‘Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullahu bila mengingat mati ia gemetar seperti gemetarnya seekor burung. Ia mengumpulkan para ulama, maka mereka saling mengingatkan akan kematian, hari kiamat dan akhirat. Kemudian mereka menangis hingga seakan-akan di hadapan mereka ada jenazah. (At-Tadzkirah, hal. 9)
Tentunya tangis mereka diikuti oleh amal shalih setelahnya, berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersegera kepada kebaikan. Beda halnya dengan keadaan kebanyakan manusia pada hari ini. Mereka yakin adanya surga tapi tidak mau beramal untuk meraihnya. Mereka juga yakin adanya neraka tapi mereka tidak takut. Mereka tahu bahwa mereka akan mati, tapi mereka tidak mempersiapkan bekal. Ibarat ungkapan penyair:
Aku tahu aku kan mati namun aku tak takut
Hatiku keras bak sebongkah batu
Aku mencari dunia seakan-akan hidupku kekal
Seakan lupa kematian mengintai di belakang
Padahal, ketika kematian telah datang, tak ada seorangpun yang dapat mengelak dan menundanya.
فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ
Maka apabila telah tiba ajal mereka (waktu yang telah ditentukan), tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula mereka dapat mendahulukannya.” (An-Nahl: 61)
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila telah datang ajal/waktunya.” (Al-Munafiqun: 11)
Wahai betapa meruginya seseorang yang berjalan menuju alam keabadian tanpa membawa bekal. Janganlah engkau, wahai jiwa, termasuk yang tak beruntung tersebut. Perhatikanlah peringatan Rabbmu:
وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدْ
“Dan hendaklah setiap jiwa memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (Al-Hasyr: 18)
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu menjelaskan ayat di atas dengan menyatakan, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan lihatlah amal shalih apa yang telah kalian tabung untuk diri kalian sebagai bekal di hari kebangkitan dan hari diperhadapkannya kalian kepada Rabb kalian.” (Al-Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibni Katsir, hal. 1388)
Janganlah engkau menjadi orang yang menyesal kala kematian telah datang karena tiada berbekal, lalu engkau berharap penangguhan.
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلاَ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian, lalu ia berkata, ‘Wahai Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan kematianku sampai waktu yang dekat hingga aku mendapat kesempatan untuk bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih?’.” (Al-Munafiqun: 10)
Karenanya, berbekallah! Persiapkan amal shalih dan jauhi kedurhakaan kepada-Nya! Wallahu a’lam bish-shawab.

Minggu, 20 Januari 2013

KHUTBAH JUM'AT Hindari Prasangka Buruk


Jum'at tgl, 6 Robiulawal 1434 H

Khutbah Pertama
إن الحمد لله  نحمده و نستعينه و نستغفره و نعوذ بالله من شرور أنفسنا و سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له و من يضلله فلا هادي له، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده و رسوله. يأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته و لا تموتن إلا و أنتم مسلمون. يأيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة و خلق منها زوجها و بث منهما رجالا كثيرا و نساء و اتقوا الله الذي تساءلون به و الأرحام إن الله كان عليكم رقيبا. يأيها الذين آمنوا اتقوا الله و قولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم و يغفر لكم ذنوبكم و من يطع الله و رسوله فقد فاز فوزا عظيما. ألا فإن أصدق الحديث كتاب الله و خير الهدي هدي محمد صلى الله عليه و سلم و شر الأمور محدثاتها و كل محدثة بدعة و كل بدعة ضلالة  و كل ضلالة في النار. اللهم فصل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد.
قال الله تعالى: }يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ{
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala ….
Puji dan syukur hanya tertuju kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dialah satu-satu-Nya Dzat yang berhak menerima segala pujian dan ungkapan syukur. Karunia dan rahmat-Nya telah banyak kita nikmati, hidayah dan inayah-Nya telah banyak kita rasakan. Kesyukuran hakiki hanya dapat diwujudkan dalam bentuk kesiapan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Tanpa itu maka kita termasuk orang-orang yang ingkar nikmat.
Salam dan shalawat kita sampaikan dan kirimkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi yang telah memperjuangkan agama Islam di waktu siang dan malam, di kala sempit dan lapang. Dia mendakwahkan Islam tanpa mengenal ruang dan waktu. Dia telah menunaikan amanah, memberikan nasihat kepada umat, dan berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sungguh-sungguh dan sebenar-benarnya. Hingga ia meninggalkan umat ini dalam keadaan telah tercerahkan dengan nur hidayah, dan cahaya taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidaklah seseorang meniti jalan lain melainkan ia akan menjadi sesat di dunia dan binasa di akhirat.
Jamaah shalat Jum’at rahimakumullah ….
Membangun komunikasi dan menjalin hubungan dengan orang lain menjadi keharusan dalam kehidupan seorang di dunia ini. Terlebih lagi bagi seorang Muslim yang  berprofesi sebagai duta dan dai kepada agama Allah Subhanahu wa Ta’ala tentu ia harus membangun komunikasi dengan orang lain. Namun perlu disadari bahwa membangun hubungan yang sinergi dan harmonis tak semudah membalikkan kedua telapak tangan. Memerlukan ketulusan niat, kelapangan dada, dan fleksibiltas yang tinggi. Hubungan harmonis mengharuskan seseorang membersihkan hatinya dari semua penyakit-penyakit hati seperti iri, dengki, hasad dan lainnya. Wajah yang berseri, senyuman yang tulus dan sikap pemaaf sangat berperan besar dalam mengharmoniskan hubungan antar sesama hamba AllahSubhanahu wa Ta’ala.
Prasangka buruk terhadap sesama termasuk batu sandungan yang besar dalam menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Ia seharusnya tidak diberi ruang sekecil apapun dalam hati setiap pribadi Muslim. Sebab kemunculannya tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali perselisihan dan pertengkaran yang tak berujung.
Jamaah Jum’at yang berbahagia ….
Seorang yang memperhatikan dan merenungi realita hubungan dan komunikasi antar sesama kaum Muslimin dewasa ini, pasti akan merasa bersedih dan prihatin karena hubungan komunikasi yang telah terputus dan tali persaudaraan pun telah tercerai-berai. Seluruhnya disebabkan oleh kumpulan prasangka, keraguan, kekhawatiran dan tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar. Berapa banyak majelis-majelis ilmu atau pertemuan-pertemuan yang berubah menjadi majelis ghibah, materi kajiannya berpusat pada fulan mengatakan ini, berbuat ini... Fulan melakukan itu… Semuanya hanya didasarkan pada prasangka belaka. Sebagai bukti, ketika sang penceramah ditanya tentang keotentikan informasi yang disampaikannya, jawabannya selalu mengatakan, “oh iya nanti saya coba mencari informasi lebih jauh.” Atau dikatakan, “Oh iya nanti saya cek kembali kebenaran informasinya.”
Bermula dari prasangka buruk, lalu berkembang menjadi tuduhan dusta, dilanjutkan dengan upaya mencari-cari kesalahan orang lain, berakhir dengan ghibah, ditutup dengan hujatan, cercaan dan makian. Allahu Al-musta’an, berapa banyak terminAl-terminal dosa yang diciptakan oleh prasangka buruk. Hasil yang dipetik dari prasangka buruk berupa pola komunikasi yang terbangun di atas pondasi kedustaan, serang menyerang tudingan, redupnya rasa saling percaya antar sesama, kebencian, permusuhan dan saling memboikot menjadi hal yang lumrah dan biasa. Padahal kesemuanya itu menjadi faktor-faktor yang melemahkan kaum Muslimin dan menghilangkan wibawa mereka di hadapan umat-umat lain. Tidak heran jika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan berprasangka buruk terhadap orang lain dan menggolongkannya sebagai perbuatan dosa. Friman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ}
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujuraat: 12)
Ayat di atas berisi seruan bagi kaum Muslimin untuk saling menjaga harga diri mereka, dan tidak memberikan peluang sedikit pun bagi prasangka buruk bercokol dalam hati. Seorang mukmin tidak pantas merobek-robek harga diri dan kehormatan orang lain hanya karena sebuah prasangka atau isu  yang beredar. Diriwayatkan oleh Abdul Razzaq dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Mushannaf nya menyebutkan etika standar yang wajib disadari oleh setiap Muslim agar tercipta sebuah masyarakat yang harmonis. RasulullahShallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إياكم والظن، فإن الظن أكذب الحديث، ولا تحسسوا، ولا تجسسوا، ولا تحاسدوا، ولا تدابروا، ولا تباغضوا، وكونوا عباد الله إخوانا
Hindarilah oleh kalian prasangka buruk, sebab ia termasuk kedustaan besar, janganlah kalian saling menyindir, saling mencari-cari kesalahan, saling memendam rasa dendam, saling berselisih, dan saling bertengkar, namun jadilah kalian orang-orang yang bersaudara.”
Sekali lagi, prasangka buruk tidak akan memberikan sesuatu yang positif walau sekecil apapun. Bahkan sebaliknya memicu lahirnya sikap permusuhan, perselisihan, memutuskan hubungan yang baik, meretakkan ikatan kekeluargaan, dan menghancurkan solidaritas dan persaudaraan sesama kaum Muslimin.
Orang-orang yang mengikhlaskan dirinya menjadi korban prasangka buruk senantiasa akan terjerembab ke dalam perbuatan dosa yang tak terbatas. Sebab satu perbuatan dosa akan mengundang dan memaksa pelakunya untuk melakukan perbuatan dosa yang lain, hukuman akhiratnya pun akan semakin berat. Coba kita renungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut ini,
{إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ آَمَنُوا يَضْحَكُونَ*وَإِذَا مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ*وَإِذَا انْقَلَبُوا إِلَى أَهْلِهِمُ انْقَلَبُوا فَكِهِين* وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلَاءِ لَضَالُّونَ*وَمَا أُرْسِلُوا عَلَيْهِمْ حَافِظِينَ* فَالْيَوْمَ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ* عَلَى الْأَرَائِكِ يَنْظُرُونَ* هَلْ ثُوِّبَ الْكُفَّارُ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ}[المطفِّفين:29-36]
Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan, “sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat, padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin. Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Al-Muthaffifiin: 29-36)
Ulama tafsir mengatakan, “Orang-orang yang dianggap oleh orang-orang musyrik sebagai orang-orang jahat adalah mereka yang menyatakan keislaman dan keimanan mereka. Mereka menghina kaum Muslimin dan menganggap mereka tidak pantas mendapatkan kenikmatan dan kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi di kehidupan akhirat kelak, orang-orang beriman yang telah menjadi penduduk surga diberikan kesempatan untuk membalas ejekan dan olok-olokan orang-orang musyrik dengan ejekan dan olokan yang sama.
Jamaah Jum’at yang berbahagia ….
Sebagian ulama mengatakan,  “prasangka yang wajib dihindari oleh setiap Muslim adalah semua prasangka yang dialamatkan kepada seseorang yang tidak bermaksiat secara terang-terangan tanpa didukung oleh indikasi-indikasi yang kuat atau petunjuk-petunjuk hukum yang jelas. Namun bagi mereka yang membanggakan diri dengan lumuran dosa dan kemaksiatan, maka prasangka buruk yang dialamatkan kepada mereka tidak termasuk prasangka yang diharamkan.”
Said ibnu Al-Musayyib berkata, “saya menulis sebuah nasihat kepada beberapa sahabat yang isinya berupa ajakan untuk menghukumi orang lain berdasarkan keadaan terbaik baginya selama tidak ada pelanggaran yang jelas. Dan jangan kalian menghukumi orang lain hanya dengan satu kalimat yang berbau pelanggaran, selama ucapan tersebut dapat dipahami dengan cara yang baik.”
Sebuah nasihat yang sangat mulia. Terutama dalam menyikapi sebuah pandangan hukum yang diucapkan oleh mereka yang dikenal sebagai orang-orang yang menjaga diri dari pelanggaran agama secara terang-terangan. Disampaikan Ibnu Qayyim dengan tegas dalam sebuah perkataannya, “sebuah kata kadang memiliki konsekuensi hukum yang berbeda jika disebutkan oleh dua orang yang berbeda pula. Salah seorang meniatkan kebaikan dan yang lain menginginkan keburukan. Dalam menentukan status hukum kata tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan track record sumber dan biografi orang yang menyebutkannya.”
Sebuah contoh yang sangat brilian diperlihatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tatkala ia mengomentari sebuah perkataan yang diucapkan oleh mereka yang berbeda pendapat dengannya. Ia berkata, “ungkapan ini masih bersifat general (umum), orang yang lurus niatnya akan memahami dan membawanya ke arah yang positif, sedang yang lain memahaminya dengan cara yang keliru.”
Sikap Ibnu Taimiyah tersebut menggambarkan objektivitas dan sportivitas yang tinggi. Ia jauh dari pretense pribadi, dan tidak serta merta menghukumi perkataan orang lain berdasarkan pemahaman dan penafsiran personalnya. Ini hanya gambaran kecil dari kehidupan ulama yang mengikuti manhaj salaf.
Manhaj salaf shalih tidak menakwilkan salah perkataan orang lain, tidak pula menafsirkan ucapan orang lain dan menghukuminya berdasarkan pemahaman pribadi, apalagi merasa bergembira ketika melihat kaum Muslimin yang lain terjatuh ke lembah kekeliruan dan dosa atau memiliki pola interaksi tak terpuji dengan pihak luar. Al-Qala’i berkata, “kadang sebuah kata yang terucap terasa kasar namun menyimpan segudang kecintaan. Kadang pula seseorang mengucapkannya karena keterpaksaan, seperti budaya Arab jika mereka terusik oleh sebuah urusan yang memicu munculnya emosi, mereka berkata, la aba laka (bapakmu semoga lekas tiada), atau qaatalahullah(semoga ia cepat mati aja) atau wailun ummuhu (celakalah ibunya) dan ungkapan lainnya. Mereka tidak berniat mencaci atau memaki orang lain, namun kata tersebut sudah menjadi kebiasaan mereka. Karena itu seseorang yang mendengarkan ucapan-ucapan yang secarazhahir-nya kasar, hendaknya menengok siapa yang mengucapkannya. Kalau sekiranya orang itu dikenal sebagai orang baik-baik, maka tidak boleh dipahami secara negatif. Sebaliknya jika orangnya adalah orang jahat maka ucapan manisnya pun kadang mengandung racun.”
Membesar-besarkan kesalahan orang lain merupakan salah satu bentuk prasangka buruk. Demikian pula melancarkan tuduhan-tuduhan keji kepadanya tanpa menganalisa sebab-sebab orang tersebut melakukan kesalahan. Seperti yang diketahui, setiap ucapan yang kita dengar memiliki dua penafsiran, penafsiran positif dan penafsiran negatif. Mendahulukan prasangka baik terhadap sesama, tidak menerka-nerka niat dan maksud terselubung pelaku, serta menghukum orang berdasarkan prilaku yang zhahir menjadi kewajiban kita sebagai seorang Muslim.
Abdul Razzaq dalam Mushannaf-nya menulis sebuah riwayat dari Abdullah Ibnu ‘Utbah Ibnu Mas’uud ia berkata, saya mendengar Umar ibnu Al-Khattab berkata, “kesalahan manusia di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa dinilai dan dihukum dengan perantaraan wahyu, dan sekarang wahyu telah berhenti, sehingga seseorang akan dinilai dan dihukum berdasarkan perilaku yang tampak darinya. Jika ia berbuat baik maka kita percaya kepadanya dan mendukung perilakunya, dan tidak ada hak bagi orang lain untuk menebak-nebak niat dan maksudnya. Sebaliknya barangsiapa yang memperlihatkan perilaku buruk maka kita tidak mempercayainya dan tidak pula mendukungnya.”
Karena itu, sepatutnyalah setiap pribadi senantiasa melakukan muhasabah (introspeksi) dan mawas diri terhadap setiap kata yang diucapkan atau setiap hukum yang ditetapkan bagi orang lain. Ingatlah selalu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
{وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا}
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Al-Israa’: 36)
بارك الله لي و لكم في القرآن الكريم و نفعني و إياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم و تقبل مني و منكم تلاوته إنه هو السميع العليم. أقول قولي هذا و أستغفر الله لي و لكم و لسائر المسلمين و المسلمات من كل ذنب فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah Kedua
            الحمد  لله على إحسانه و الشكر له على توفيقه و امتنانه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه و أشهد أن محمدا عبده و رسوله الداعي إلى رضوانه. اللهم فصل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد.
            Jamaah shalat Jum’at yang berbahagia …
            Ada beberapa faktor yang mendorong munculnya prasangka buruk dalam hati seseorang. yang terpenting adalah lingkungan yang buruk dan tidak baik, termasuk lingkungan rumah tangga, teman sejawat atau para penyembah hawa nafsu. Berapa banyak orang yang dulunya berkarakter baik dan terpuji akan tetapi berubah menjadi penjahat akibat pengaruh lingkungan keluarga dan pertemanan. Tidak jarang kita dengarkan orang yang dulunya sangat taat menunaikan kewajiban-kewajibannya namun akibat lingkungan tempat tinggal, lingkungan kerja menjadikannya orang yang paling jauh dari syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mewanti-wanti kita dalam mencari teman dan sahabat, karena kualitas keberagamaan seseorang akan dipengaruhi oleh kualitas keberagamaan sahabatnya.
            Jika prasangka buruk memiliki faktor pemicu, maka ia pun memiliki penawar dan obat yang dapat menghilangkannya. Setidaknya ada dua hal yang perlu kita perhatikan:
Pertama, mendahulukan prasangka baik. Umar Ibnu Al-Khattab berkata, “jangan engkau berprasangka buruk terhadap setiap kata yang diucapkan oleh saudaramu, selama masih memungkinkan untuk memahaminya dengan positif.”
Kedua, mencari alasan-alasan positif bagi orang lain saat mereka melakukan kekeliruan. Kecuali dalam hAl-hal yang telah jelas keharamannya. Tinggalkan upaya mencari-cari kesalahan orang lain.
Kedua obat inilah yang diharapkan mampu mengobati penyakit prasangka buruk jika telah bercokol dalam hati. Khatib berharap semoga kita senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga kita tetap konsisten berjalan di atas jalannya sampai ajal menjemput kita.
Jamaah sekalian yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala….
فاعلموا أن الله أمركم بأمر بدأ فيه بنفسه و ثنى بملائكته المسبحة بقدسه و ثلث بكم أيها المسلمون فقال عز من قائل إن الله و ملائكته يصلون على النبي يأيها الذين آمنوا صلوا عليه و سلموا تسليما. اللهم صل و سلم على نبينا محمد و عل آله و صحابته و من اهتدى بهديه و استن بسنته إلى يوم الدين. ثم اللهم ارض عن الخلفاء الراشدين المهديين أبي بكر و عمر و عثمان و علي و على بقية الصحابة و التابعين و تابع التابعين و علينا معهم برحمتك ي أرحم الرحمين.
اللهم إنا نسألك بكل اسم هو لك سميت به نفسك أو أنزلته في كتابك أو  علمته أحدا من خلقك أو استأثرته في علم الغيب عندك أن تجعل القرآن ربيع قلوبنا و نور صدورنا و جلاء أحزاننا و ذهاب همومنا و غمومنا
اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات.
اللهم أعز الإسلام و المسلمين و أهلك الكفرة و المشركين و دمر أعداءك أعداء الدين
اللهم أصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمرنا، و أصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا و أصلح لنا آخرتنا التي إليها معادنا و اجعل اللهم حياتنا زيادة لنا في كل خير و اجعل الموت راحة لنا من كل شر
اللهم أعنا على ذكرك و شكرك و حسن عبادتك
اللهم إنا نسألك الهدى و التقى و العفاف و الغنى و حسن الخاتمة
اللهم اغفر لنا و اوالدينا و ارحمهم كما ربونا صغارا
ربنا هب لنا من أزواجنا و ذرياتنا قرة أعين و احعلنا للمتقين إماما
ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا و هب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب
ربنا آتنا في الدنيا حسنة و في الآخرة حسنة و قنا عذاب النار
عباد الله إن الله يأمركم بالعدل و الإحسان و إيتاء ذى القربى و ينهى عن الفحشاء و المنكر و البغي يعظكم لعلكم تذكرون فاذكروا الله العظيم يذكركم و اسألوه من فضله يعطكم و لذكر الله أكبر و الله يعلم ما تصنعون.