MENDALAMI MAKNA UKHUWAH
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang
Berbahagia
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan
karunia-Nya, nikmat yang tak pernah berhenti mengalir seiring dengan desah
nafas kita. Keimanan yang menyirami sanubari, rasa ukhuwah dan persaudaraan
yang menyemai jiwa. Takwa yang berada di hati hendaklah terwujud dalam
amal nyata.
Dari mimbar jumat ini khotib mengajak, marilah kita senantiasa
berupaya meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Takwa
yang bermakna luas dan mendalam.
Takwa dalam arti menjalankan segala perintah Allah dengan semampu kita,
meninggalkan larangan Allah tanpa memilih-milih mana yang sesuai dan tidak
cocok dengan nafsu kita. Wujud ketakwaan yang akan melahir kehidupan yang
islami, harmonis penuh keakraban dan saling bahu membahu, peduli dan kasih
sayang kepada sesama saudara seiman.
Allah SWT berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ [آل عمران: 102] .
“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan
sebenar-benarnya takwa, dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan
beragama islam.” (Ali-Imran 102)
Kaum muslimin jamaah sholat jumat yang dimuliakan
Allah
Dalam kehidupan menjalani hari-hari bersama tuntunan
dan ajaran islam, sisi kehidupan manusia memang tidak pernah lepas dari
tuntunan ajaran islam yang memperhatikan seluruh aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara. Tak ada yang lepas dari sentuhan islam. Sejarah Rosulullah dan
sahabat telah mencerminkan kehidupan itu. Itulah sebuah persaudaran indah yang
tiada duanya di muka bumi ini. Kisah nyata yang begitu membuat jiwa bergetar akan
makna ukhuwah islamiyah yang sesungguhnya. Itulah kisah Muhajirin dan Anshor.
14 abad yang lalu, di saat dakwah islam muncul dan
mulai bersemi di sumbernya kota Mekah Al-Mukarromah, hari demi hari dakwah
Rosulullah menuai satu demi satu pengikut seiring juga dengan menuai banyak
cercaan, penyiksaan dan ancaman pembunuhan. Sehingga mengharuskan mereka untuk
meninggal kota Mekah tanpa bekal. Itulah syarat yang diajukan oleh orang-orang
Qurays ketika itu: ”Silahkan tinggalkan Mekah, namun jangan pernah membawa
secuil harta bendamu”. Iman adalah di atas segalanya, tak sebanding dengan
sebanyak apapun kekayaan yang mereka tinggalkan. Itulah pilihan tepat dari
generasi awal dakwah islam. Resiko kesulitan di dalam perjalanan hijrah adalah
hal yang mesti mereka hadapi. Sehingga sampailah mereka menuju negeri
Hijrah ’Yastrib’ sebutan nama kota Madinah Al-Munawwaroh ketika itu.
Wajah-wajah penduduk Anshor yang penuh kerinduan dan
senyuman-senyuman mengembang tatkala terlihat debu-debu berterbangan dari
kejauhan pertanda saudara-saudara mereka seiman akan segera tiba. Mereka akan
bertemu dengan saudara-saudara mereka walau mereka sebelumnya tak pernah saling
kenal, kota mekah yang berkarakter kota bisnis dan perdagangan berbeda jauh
dengan kota madinah yang terkenal dengan kesuburan pertanian dan perkebunan
kurmanya, membentuk karakter masyaratakat pun berbeda pula, kepribadian yang
berbeda, bahasa pun memiliki lahjah-lahjah atau pengucapan yang berbeda walau
sama-sama menggunakan bahasa arab. Namun mereka melupakan semua itu. ”Kalian
adalah saudara-saudara kami, kami adalah saudara-saudara kalian”, itulah
semboyan-semboyan mereka.
Rasa kebersamaan atas dasar iman dan kesatuan perjuang
menjadikan orang-orang yang bergabung di dalamnya betul-betul saling mencintai
karena Allah, rela berkorban, tanpa pamrih, saling menopang dan melakukan apa
saja untuk menggapai redho Allah, tidak untuk yang lain. Karena ada sesuatu yang ingin mereka persembahkan
kepada Allah secara bersama-sama. Berupa amal sholih, yang diinginkan hanyalah
ganjaran di akherat kelak berupa surga-Nya semata.
وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى ( الأعلى :17 )
”Dan sesungguhnya ganjaran di
akherat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (Al-a'la:
17)
وَاصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ (115)
"Dan
bersabarlah, sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan ganjaran bagi orang-orang
yang berbuat kebaikan. (QS. Hud: 115)
Kaum muslimin sidang sholat jumat hafizhokumullah
Bila iman telah tertanam, orang lain yang jauh pun
bisa menjadi saudara dekat. Ukhuwah, persaudaraan yang dibangun atas dasar
iman, memang tak kenal batas. Apalagi ras, suku, bahkan negara. Betapa banyak
orang yang tak punya hubungan darah dan kerabat. Tetapi menjadi saudara
lantaran iman yang menyatukan hati mereka. Iman memang bisa mengubah segalanya,
bermula dari hati, segala akan bisa berubah. Begitulah perubahan pribadi yang
dialamai sahabat rosulullah saw.
Kisah yang tak pernah terlupakan.., tatkalah satu demi
satu sahabat muhajirin dipersaudarakan dengan kaum anshor: Ja’far bin Abi
Tholib dipersaudarakan dengan Zaid bin Haritsah, Abu Bakar ash-Shiddiq dengan
Khorijah bin Zuhair, Umar bin Khottob dengan ’Utbah bin Malik dan Abdurrahman
bin Auf dengan Saad bin Robi’. Satu demi satu pula kaum muhajirin menempati
rumah sahabat anshor, perasaan bahagia dan bangga tanpa rasa beban sedikitpun
menghiasi wajah-wajah masyarakat anshor. Menyediakan tempat tinggal untuk
saudara-saudara mereka, menyediakan makan dan minum buat saudara mereka
walaupun seadanya, walau sebenarnya mereka sendiri membutuhkan. Bukan karena unsur apa-apa. Namun hanya karena iman
dan rasa persaudaraan yang mendalam mengharapkan keridoaan Allah semata. Dengan
sikap mereka ini maka Allah memuji mereka di dalam Al-Quran surat
Al-Hasyr ayat 9.
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالإيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّنَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (9)
”Dan orang orang yang menempati
kota madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum kedatangan mereka (Muhajirin),
mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh
keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan oleh mereka (orang
muhajirin). Dan mereka mengutamakan orang-orang muhajirin di atas diri mereka
sendiri, sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu. Dan siapa
yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung.”
Sebuah pujian yang layak buat mereka. Alangkah
indahnya sebuah pujian yang datang langsung dari Sang Pencipta alam semesta.
Ini dikarenakan sebuah sifat yang mulia yaitu ”al-itsar” atau
mengutamakan kepentingan orang lain diatas keperluan diri sendiri.
Kaum Muslimin Jamaah Sholat jum’at Hafizhokumullah
Abu Hurairoh meriwayatkannya dengan menyebutkan
:
عن أبي هريرة رضي اللّه عنه قال: قال رسول اللّه صلى الله عليه وسلم: "إن في الجنة لعمداً من ياقوت، عليها غرف من زبرجد، لها أبواب مفتحة تضيء كمايضيء الكوكب الدري. قلنا: يا رسول اللّه، من يسكنها؟ قال: المتحابون في اللّه عز وجل والمتجالسون في اللّه- عز وجل- والمتلاقون في اللّه- عز وجل". رواهالبزار في مسنده
”Sesungguhnya di dalam surga ada
tiang dari permata yakut, di atasnya ada kamar-kamar indah, terdapat pintu yang
terbuka dan bisersinar seperti bersinarnya bintang-bintang. Kami bertnya:
"Ya Rosulullah, siapa yang tinggal di dalamnya? Rosulullah menjawab:
"Mereka orang-orwang yang saling mencintai karena Allah, saling duduk karena
Allah, saling bertemu karena Allah. (HR. Al-Bazzar)
Di dalam hadist Qudsi Allah swt berfirman :
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَجَبَتْ مَحَبَّتِى لِلْمُتَحَابِّينَ فِىَّ وَالْمُتَجَالِسِينَ فِىَّ وَالْمُتَزَاوِرِينَ فِىَّ وَالْمُتَبَاذِلِينَ فِىَّ
Pasti mendapatkan
cinta-Ku orang-orang yang saling berkorban karena-Ku, orang-orang yang saling
mencintai karena Aku, orang-orang yang saling berkorban karena Aku, dan
orang-orang yang saling membela karena-Ku.” (Diriwayatkan
oleh Imam Ahmad dan Al-Hakim, ia men-shohihkannya)
Imam Muslim meriwayatkan dalam shohihnya sebuah Hadist
Qudsi :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلاَلِى الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِى ظِلِّى يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلِّى ».
Sesungguhnya Allah ta’ala berfirman pada hari kiamat :
“Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena kemuliaan-Ku. Hari ini Aku
menaungi mereka di dalam naungan-Ku pada hari tidak ada naungan kecuali
naungan-Ku.”
Kaum muslimin jamaah sholat jum’at yang dimuliakan
Allah
Itulah ganjaran yang dijanjikan buat mereka yang
saling mencintai karena Allah, saling membantu hanya karena Allah, saling
bersaudara karena Allah.
Suatu hari seorang sahabat rosulullah Abu Tholhah dan
istrinya belum sedikitpun mencicipi makanan. Rasa lapar mendera perut mereka.
Siang itu Abu Tholhah memang tidak mendapatkan cukup makanan untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya. Seperti hari biasanya, sudah sangat sering hal itu terjadi.
Ketika senja tiba Rosulullah kedatangan seorang tamu. Rosulullah menanyakan
kepada istrinya Aisyah, ”Apakah kita mempunyai sedikit makanan untuk menjamu
tamu kita”? Aisyah menjawab : ”Kita tidak punya apa-apa wahai Rasulullah”. Lalu
Rosulullah menanyakan kepada istri-istrinya yang lain. Namun jawaban mereka
seperti halnya juga jawaban Aisyah ra. Lalu Rosulullah bertanya kepada para
sahabatnya: ”Siapakah yang bersedia menjamu tamuku pada malam hari ini?”
Tanpa menunggu-nunggu ada di antara para sahabat yang
mengangkat tangan mengatakan kesediaan mereka. Seorang sahabat mengatakan:
”Saya Wahai Rosulullah”. Ia Abu tholhah ra. Lalu setelah sholat isya Abu
Tholhah pulang bersama tamunya. Ketika tiba di rumahnya Abu Tholhah meminta
istrinya untuk menyiapkan makan malam. Dengan sedih istrinya menjawab : ”Kita
tidak punya apa-apa wahai suamiku kecuali sedikit makanan untuk anak kita”.
Setelah Abu tholhah berpikir sejenak ia berkata kepada istrinya: ”Tidurkan anak
kita, lalu siapkan makan malam buat tamu kita, ketika akan makan, lalu
padamkanlah lampu”. Ketika tamu Abu Tholhah akan makan, lampu dipadamkan lalu
Abu Tholhah mengecap-ngecapkan mulutnya seakan ikut makan bersama tamunya.
Setelah makan lalu Abu Tholhah mengantarkan tamunya untuk beristirahat.
Begitu shubuh tiba mereka sholat shubuh berjamaah di
masjid Nabawi, ketika melihat Abu tholhah Rosulullah tersenyum lalu berkata:
”Wahai Abu Tholhah Sesungguhnya Allah amat kagum melihat apa yang telah engkau
perbuat tadi malam”.
Sebuah perbandingan dan wujud keimanan seorang kepada
Allah dan keimanannya kepada hari akherat adalah tatkala ia mampu memberikan
pelayanan yang terbaik dan menghormati tamunya. Itulah sebuah timbangan yang
Rosulullah sampaikan, di dalam Shohih Bukhori dan Shohih Muslim. Dari Abu Hurairoh
ra Rosulullah bersabda: ”
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
"Barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya.”
Dalam hadist yang lain Abu Hurairoh ra juga
meriwayatkan bahwa Rosulullah saw bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَىمُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ »
“Barang siapa yang meringankan
satu penderitaan dari seorang mukmin di dunia Allah akan meringankan beban
penderitaannya di akherat. Siapa yang memudahkan kesusahan orang di dunia,
Allah akan mudahkan kususahannya di dunia dan akherat. Siapa yang menutupi aib
seorang muslim, Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan
senantiasa menolong hamba-Nya, jika ia menolong saudaranya. (HR. Muslim)
Itulah keindahan islam, keindahan islam akan tampak
jika kaum musliminnya benar-benar melaksanakan tuntunan agamanya. Moment yang saat ini kita rasakan, yang kita pada saat
bersamaan adalah pelakunya. merupakaan kesempatan emas untuk menuai janji-janji
Allah tersebut. Allah telah pilihkan kampung halaman kita menjadi tempat
berkumpul tamu-tamu mulia kita, keberakahan mengalir kita rasakan bersama
kehadiran saudara-saudara kita tercinta. Masjid kita menjadi semakin semarak,
keakraban terjalin, rasa saling menghargai dan memuliakan menghiasi rutinitas
hari-hari kita.
Allah swt berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى ، وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
"Tolong menolonglah
dalam dalam kebaikan dan ketakwaan dan janganlah tolong menolong dalam
perbuatan dosa dan permusuhan.”
Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan kasih
sayang-Nya, melimpakan keberkahan kepada kita semua. Mempertautkan hati-hati
kita sehingga menjadi hamba-hamba-Nya yang bersaudara. Setelah itu kita cuma
berharap kepada Allah agar menguatkan ikatan hati ini untuk saling bekerjasama
dalam kebaikan dan ketaatan. Mengumpulkan jiwa-jiwa kita menjadi jiwa-jiwa yang
lembut penuh kecintaan dan kasih sayang. Sehingga mendapatkan surga yang Allah
janjikan di akherat untuk mereka yang saling mencintai karena Allah, tidak ada
keindahan yang lebih kita inginkan dari kebersamaan dan berkumpul di surga
Allah di akherat kelak. Amiin ya rabbal ’alamin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar