Translate

Sabtu, 22 Desember 2012

SYUKUR DAN SABAR



Dengan Judul  : SYUKUR DAN SABAR
Disampaikan oleh Ust. Dr. H. SIGIT GUNARTO

Hadirin jamaah kuliah subuh Mesjid Al-Muhajirin....
Allah berfirman :
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibraahim : 7)
 Jika kita bersyukur, Allah akan menambahkan nikmat-Nya. Sebaliknya, jika kita ingkar, maka Allah akan mengazab kita. Pernyataan Allah ini berlaku sejak di dunia hingga ke akhirat. Banyak orang yang lupa dengan pernyataan Allah ini. Banyak orang yang lupa yang menyatakan bahwa pernyataan Allah itu hanya untuk di akhirat. Ternyata, nikmat surga itu ada di dunia dan ada juga yang di akhirat. Dan kepedihan siksa neraka itu ada di dunia dan juga ada yang di akhirat.
Jika kita bersyukur, berarti kita pandai berterima kasih. Tapi jika kita merasa apa yang kita dapatkan itu hanyalah hasil keringat kita, maka berarti kita tidak merasa menerima, tapi seolah-olah hanyalah hasil kekuatan kita sendiri. Karena itulah, kita kemudian menjadi sombong.
Kita mesti bersyukur, karena pikiran untuk mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan itu pikirannya datang dari Allah. Apakah ada orang yang mengolah pikirannya itu sendiri? Yaitu dia buat otak dahulu, kemudian dia mengolah otaknya sehingga menjadi pikiran, kemudian menghasilkan ilmu pengetahuan, keterampilan, kemudian menghasilkan barang dan jasa. Adakah yang seperti ini? Adakah yang membuat pikirannya sendiri? Adakah yang membuat otaknya sendiri? Ternyata tidak ada.
Dia mempunyai pandangan yang jauh ke depan. Dia bisa melihat yang tak bisa dilihat oleh orang lain. Siapakah yang menciptakan matanya itu? Yang menciptakan matanya itu tak lain adalah Allah. Ketika menyadari hal-hal seperti ini, dia pun berterima kasih kepada Allah. Ia rendahkan dirinya, tawadhu’, dan menunjukkan bahwa dia menerima nikmat dari Allah. Ia juga tidak sombong, karena ia menyadari bahwa semuanya itu datang dari Allah. Ia pun memberikan jika ada yang memerlukan, karena ia tahu itu adalah titipan Allah.
Sebagian dari miliknya dibaginya kepada orang lain yang memerlukan. Dia mengetahui hal itu, lalu berterima kasih kepada Allah, karena Allah mempercayakan kepadanya untuk membagi-bagi rezeki yang didapatkannya kepada orang lain. Dia bersyukur, sehingga dia bisa memberi dengan gembira, memberi tanpa mengharapkan apa-apa.
Hadirin jamaah kuliah subuh Mesjid Al-Muhajirin....................
Firman Allah : dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. (Q.S. Al-Muddatsir : 6)
Tapi begitu dia memberi tanpa mengharap lebih, maka yang diterimanya kemudian berlebih-lebihan. Mereka yang memberi tanpa mengharap, maka yang diterimanya kemudian berlipat-lipat ganda. Mengapa? Karena Allah telah menjanjikan, jika kita bersyukur, maka pasti akan ditambah oleh Allah. Semakin kita memberi, maka akan semakin banyak kita mendapatkan kenikmatan. Semakin kita menebar, maka kita akan semakin banyak mendapatkan yang baru.
Ini adalah soal kepercayaan. Ini adalah soal keyakinan. Ada jutaan, bahkan milyaran contoh mengenai hal ini, tinggal kemudian kita mau percaya atau tidak. Tapi jika kita pura-pura tidak tahu telah mendapatkan nikmat, pelit, kikir, sombong, malahan nikmat yang diberikan Allah digunakan untuk melawan Allah, langsung ataupun tidak langsung.
Kemudian Allah berfirman :
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu : “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (Q.S. Luqmaan : 12)
Allah memberikan cara pandang yang benar kepada Lukmanul Hakim, yaitu filosofi hidup (hikmah) yang luar biasa, yaitu bersyukurlah kepada Allah, berterima kasihlah kepada Allah. Sebenarnya siapakah yang bersyukur itu? Bersyukur itu sebenarnya adalah untuk dirinya sendiri. Tuhan itu Maha Kaya (Al-Ghaniy), Maha Pemberi Kekayaan (Al-Mughniy).
Karena itulah, jika seseorang bersyukur, sebetulnya itu adalah untuk kepentingan dirinya sendiri, supaya hidupnya di dunia ini menjadi nikmat, supaya hidupnya merasa nyaman. Siapapun yang tidak mau bersyukur, siapapun yang ingkar, maka Allah Maha Kaya. Maka beruntunglah bagi orang yang bersyukur dan merugilah bagi orang yang ingkar terhadap nikmat Allah.
Kita sering berdoa seperti yang termaktub di dalam Alquran :
 [Dan di antara mereka ada orang yang berdo`a: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". ](Q.S. Al-Baqarah : 201)
Kita biasa mengenalnya sebagai doa sapu jagad. Doa ini adalah doa yang paling bagus : pendek, padat, singkat, dan tepat sasaran. Pada doa ini, kita memohon agar Allah memberikan kepada kita kebaikan di dunia dan juga akhirat, serta kita memohon untuk dijauhkan dari siksa neraka.
Tak usah ajari Allah, itulah semangat yang ada pada doa ini. Kalau tidak baik, maka takkan diberikan Allah kepada kita. Kalau baik, maka Allah akan memberikan kepada kita.
Tapi ada juga yang mengatakan, bahwa kita juga ingin memerinci doa kita itu. Tak masalah sebenarnya jika kita ingin memerinci doa. Tapi yang patut diingat, bahwa jangan sampai kita mengajari Tuhan. Kalau menurut Allah itu baik bagi kita, maka akan diberikan-Nya. Sebaliknya, jika menurut Allah itu tidak baik bagi kita, maka takkan diberikan-Nya. Jadi, jalani saja. Laksanakan aturan Allah, kita berusaha untuk hidup lurus (hanif), tidak menabrak tembok-tembok aturan Allah.
Hadirin jamaah kuliah subuh Mesjid Al-Muhajirin................
Allah berfirman :
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (Q.S. Al-Baqarah : 155)
Apakah yang perlu disabarkan itu? Sesungguhnya Allah akan menguji hamba-Nya sedikit saja, yaitu berupa ketakutan (kecemasan), kelaparan, kekurangan harta, kekurangan jiwa, dan kekurangan buah-buahan. Hal-hal tersebut merupakan cobaan. Mereka yang berserah kepada Allah, yang percaya bahwa Allah Maha melindungi, maka ketakutan (kecemasan)nya akan hilang.
Janganlah suka mengundang al-khawf (ketakutan/kecemasan) di dalam diri kita. Jangan dibuka pintu untuk kecemasan itu datang. Usir kecemasan itu, serahkan semuanya kepada Allah. Kita selalu gelisah dan cemas yang tidak pada tempatnya, yang itu menunjukkan kita kurang tawakal kepada Allah. Mohonlah ampun kepada-Nya, “Ya Allah, jauhkanlah aku dari ketakutan, kecemasan, dan kegelisahan yang tidak pada tempatnya.”
Selain itu, kekurangan juga merupakan cobaan dari Allah. Ada yang baru saja kekurangan makan tiga hari, maka dia pun “mencuri”. Dia tak sabar menghadapi cobaan itu. Ada juga yang anaknya mau bersekolah di sekolah unggulan, tapi dia tak bisa membiayainya. Supaya anaknya bisa bersekolah di sekolah unggulan, maka dia pun “mencuri” dari kantornya. Kalau seperti ini, berarti dia telah gagal menjalani cobaan.
Manusia dicoba oleh Allah dengan kekurangan harta dan kematian. Selain itu, mental kerdil juga merupakan cobaan. Dia tidak percaya diri menjalani kehidupan ini. Orang yang sabar menghadapi cobaan, berarti dia tidak terkecoh oleh penderitaan. Dia juga tidak gagal dicoba oleh Allah dengan kematian anggota keluarganya.
Bagi saudara kita yang gagal menghadapi cobaan seperti ini, maka kita harus mengangkat, mengarahkan, dan juga menyelamatkannya. Cegah jangan sampai ia kufur, jangan sampai ia syirik kepada Allah. Kita harus mencegahnya agar jangan sampai dia melawan Allah hanya karena ia gagal menghadapi cobaan. Karena itu, gembirakanlah orang yang seperti ini.
Sabda Rasulullah:
Kata Nu’man bin Basyir, Rasulullah bersabda di atas mimbar, “Siapa yang tak pandai berterima kasih atas nikmat yang sedikit, tak mungkin dia pandai berterima kasih kalau diberi nikmat yang banyak. Siapa yang tidak pandai berterima kasih kepada manusia, pastilah dia tidak juga berterima kasih kepada Allah.” (Al-Hadits)
Bukti orang yang bersyukur itu adalah dia pandai berterima kasih kepada manusia, sehingga dia pun pandai berterima kasih kepada Allah. Bukti orang bersyukur itu antara lain dia berani menunjukkan kepada saudaranya bahwa dia mendapatkan nikmat. Nikmat yang ia dapatkan itu tidak disimpan-simpannya, melainkan diomongkan kepada saudaranya. Tentunya kalau sudah diomongkan, maka yang pantas dibagi maka akan dibagi kepada saudaranya. Kalau sekedar diomongkan saja, maka itu tak lebih hanya pamer.
Menunjukkan kepada orang lain bahwa kita mendapatkan nikmat yaitu dengan cara membagi kenikmatan kepada orang yang kita tunjukkan itu. Kalau tidak pandai bersyukur kepada Allah, berarti kita sudah ingkar kepada-Nya, berarti kita sudah menjadi kufur.
Berjamaah itu mengundang rahmat. Begitu orang tidak mau berjamaah, tidak mau bersilaturahmi, maka itu adalah tanda-tanda penderitaan. Menderita yang dimaksud misalkan jika dia memiliki permasalahan, maka orang lain tidak tahu, sehingga orang lain tidak bisa membantunya. Permasalahan tersebut ia pikul sendiri, karena ia menyendiri. Tapi jika ia berjamaah dan bersilaturahim, maka permasalahan yang sedang dihadapinya bisa dipikul bersama-sama atas dasar kasih sayang. Karena itulah, Rasulullah menyatakan, bahwa berjamaah itu adalah rahmat. Jika berjamaah, maka turunlah rahmat Allah. Tetapi jika bercerai-berai, maka azablah yang datang.
Sabda Rasulullah:
Dari Mu’adz bin Jabal, dia mengatakan: Rasulullah menarik tanganku. Ketika itu aku masih kecil. Rasulullah mengatakan, “Ya Mu’adz, sungguh aku menyayangimu. Aku berwasiat kepadamu, bahwa setiap selesai salat, janganlah engkau tinggalkan doa: Allahumma a-’inni ‘ala zikrika, wa syukrika, wa husni ‘ibadatin — Ya Allah, bantulah aku supaya aku pandai bersyukur kepada-Mu. Bantulah aku supaya aku pandai mengingat-Mu. Dan bantulah aku supaya aku bisa memperbaiki ibadahku kepada-Mu.” (Al-Hadits).
Dengan cara seperti ini, bersyukur pun kita tidak sombong. Kita tetap meminta bantuan kepada Allah supaya kita pandai bersyukur dan terus meningkatkan kesyukuran kita. Selain itu, beribadah pun kita tidak sombong. Kita memohon kepada Allah agar mengarahkan dan membantu kita, sehingga kualitas ibadah kita pun semakin meningkat. Sabar pun kita minta tolong kepada Allah supaya kita tetap senantiasa diberi kesabaran oleh-Nya.
Kalau kita berdoa itu harus lembut, halus, lirih, tawadhu’, bermohon sungguh-sungguh kepada Allah, supaya kita senantiasa termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang sedikit, yaitu orang-orang yang pandai bersyukur kepada Allah.
Sekian kuliah subuh yang dapat saya sampaikan, kurang lebihnya saya mohon maaf.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Wasalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh...............................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar