Kaum Muslimin Jamaah
Sholat Jumat yang berbahagia
Segala puji atas
limpahan karunia Allah yang tak pernah habis-habisnya kita rasakan dan nikmati.
Sebagai ungkapan kesyukuran kita marilah kita perbaiki hubungan kita dengan
Allah SWT dengan meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah, menjadikan
setiap gerak dan langkah kita mencari keridhoan Allah semata.
Sholawat dan salam
kepada baginda Rosulullah saw, teladan umat semesta, panutan dalam
merealisasikan ketaqwaan dalam kehidupan nyata dalam bermasyarakat dan
bernegara.
Kaum muslimin
rahimakumullah
Dalam kehidupan sehari-hari yang kita jalani,
berbagai macam cara yang ditempuh oleh manusia untuk mencari sesuatu yang dapat
melegahkan jiwanya, mencari kemuliaan di tengah-tengah manusia. Bebagai cara
dilakukan, baik dengan cara yang terhormat ataupun bukan, yang sesuai dengan
tuntunan syariat ataupun bukan. Bahkan kadang tak memperdulikan nilai-nilai
norma dalam agama dan masyarakat. Ketika kebutuhan jiwa terpenuhi, perasaan
bahagiapun tersegarkan, kemudian merasa bangga dan mulia. Namun kadang kala
kebanyakan orang melupakan hakikat dan karakteristik kemuliaan yang sebenarnya
yang Allah SWT gambarkan di dalam Al-Quran.
Di antara begitu banyak
nilai kemuliaan yang disampaikan di dalam Al-Quran, ada beberapa karakter yang
akan khatib sampaikan pada kesempatan khutbah jumat kali ini. karakteristik
pertama yang diungkapkan Al-Quran adalah: Orang-orang yang mulia yaitu mereka
berjalan di muka bumi dengan rendah hati, tak dibuat-buat, tak pamer, tak
sombong, tidak pula memalingkan pipi ketika bertemu. Karena berjalannya manusia
sebagaimana halnya seluruh gerakan, adalah ungkapan dari kepribadian, dan
perasaan-perasaan yang ada dalam dirinya. Sehingga jiwa yang tenang, lurus,
mulia, serius dan mempunyai tujuan, akan menampilkan sifat-sifat ini dalam cara
berjalan orang tersebut. Al-Quran menggambarkan:
الَّذِينَ
يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا
"Yaitu orang-orang
yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati" (Al-Furqon: 63)
Maksud ayat ini
sebagaimana penjelasan ustadz Sayid Qutb: "Bukanlah makna kalimat ini
adalah bahwa mereka berjalan dengan gontai, kepala tertunduk, lemah dan lesuh,
seperti dipahami sebagian orang yang ingin menampilkan ketakwan dan kesholihah.
Rosulullah sendiri jika berjalan maka beliau berjalan dengan tegap. Beliau
adalah orang yang paling cepat berjalan, paling baik jalannya, dan paling tenang."
Abu Hurairoh berkata:
"Saya tak melihat sesuatu yang lebih indah dari Rosulullah, seakan-akan
matahari berjalan di wajah beliau. Saya tidak melihat orang yang lebih cepat
jalannya dari Rosulullah, seakan-akan bemi tertekuk bagi beliau. Sehingga ketika
kami berusaha mengejar ritme berjalan beliau, kami melakukannya dengan cukup
sulit. Padahal beliau berjalan dengan tenang tanpa kesulitan."
Kaum muslimin jamaah
sholat jumat yang dimuliakan Allah.
Karakteristik kemuliaan
yang kedua bagi orang beriman adalah: Mereka adalah orang-orang yang
tersibukkan malam-malam mereka dengan sujud kepada Zat yang Maha Mulia. Mereka
terjaga di tengah malam ketika manusia tidur. Mereka sujud dan berdiri
mengerahkan hati mereka ke Arsy Ar-Rahman yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan.
Allah SWT berfirman:
وَمِنَ
اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ
مَقَامًا مَحْمُودًا ( الإسراء: 79
"Dan pada
sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang
mulia". (Al-Isra : 79)
Orang-orang yang mulia
tak pernah mengharapkan kemuliaan dari manusia, karena sumber kemuliaan adalah
dari Allah semata.
Kaum Muslimin yang
dimuliakan Allah.
Karakteristik ketiga adalah:
Kesederhanaan dan keseimbangan dalam kehidupan mereka. Hal ini diungkapkan oleh
Al-Quran sebagaimana firman Allah:
وَالَّذِينَ
إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ
قَوَامًا (الفرقان: 67 )
"Dan orang-orang
yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula)
kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian."
(Al-Furqon: 67)
Ini adalah sifat islam
yang diwujudkan dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Juga menjadi arah
pendidikan dan hukum islam yang dibangun atas dasar keseimbangan dan keadilan.
Seorang muslim tidaklah
bebas mutlak dalam menginfakkan dan membelanjakan harta pribadinya sekehendak
hatinya seperti yang terdapat dalam system kapitalis, dan pada bangsa-bangsa
yang hidupnya tak diatur oleh hukum ilahi dalam semua bidang. Namun penggunaan
uang itu terikat dengan aturan menyeimbangkan antara dua perkara yaitu antara
sikap berlebihan dalam menginfakkan dan terlalu menahan. Karena sikap
berlebihan atau terlalu menahan harta menghasilkan ketidak seimbangan di tengah
masyarakat dan bidang ekonomi. Menahan harta menimbulkan masalah-masalah,
demikian juga melepaskannya tanpa kendali. Padahal harta itu adalah alat
sosial untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan sosial.
Sementara Islam mengatur
segi kehidupan ini dengan memulainya dari jiwa individu. Sehingga, menjadikan
keseimbangan itu sebagai satu karakter dari karakter-karakter keimanan.
Allah berfirman:
وَكَانَ
بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
"… dan adalah
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian." (Al-Furqon: 67)
Kaum muslimin
rahimakumullah
Karakter yang ke empat
adalah: Orang-orang yang mulia senantiasa menjaga kemurnian tauhid di dalam
dadanya, menjaga kehormatan orang lain dan menjaga dirinya dari perbuatan
dosa-dosa besar. Hal ini digambarkan oleh Allah dalam firmannya:
وَالَّذِينَ
لا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي
حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ
أَثَامًا
"Dan orang-orang
yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak
berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat
(pembalasan) dosa(nya)". (Al-Furqon: 68)
Mentauhidkan Allah
adalah pondasi akidah islamiyah. Menghindarkan diri dari menganiyaya orang
lain, membunuh manusia tanpa hak adalah persimpangan jalan antara kehidupan
sosial yang tenang yang padanya kehidupan manusia dihormati dan dihargai dengan
kehidupan hutan yang padanya seorang tak merasa aman terhadapan nyawanya.
Adapun mencegah diri dari perbuatan zina merupakan persimpangan jalan antara
kehidupan yang bersih yang padanya manusia merasakan peningkatan dirinya dari perasaan
hewani yang hitam pekat.
Karena ketiga sifat ini
menjadi persimpangan jalan antara kehidupan yang pantas bagi manusia yang mulia
di mata Allah dengan kehidupan yang murah dan rendah hingga ke tingkatan hewan.
Maka Allah menyebutnya dalam karakter-karakter para hamba Allah. Mereka adalah
makhluk yang paling mulia di sisi Allah.
Kaum muslimin jamaah
sholat jumat yang dimuliakan Allah
Diantara karakter
kemuliaan yang digambarkan Al-Quran terhadap hamba beriman adalah: Mereka
tidak memberi kesaksian palsu maupun ucapan dusta dan tidak menyibukkan diri
dengan hal-hal yang tidak berfaedah. Karena orang yang beriman mempunyai urusan
tersendiri yang menyibukkannya dari kelalaian, hura-hura dan berbicara kosong.
Orang-orang beriman tak memiliki waktu kosong untuk bermain-main yang tak
berarti, karena ia disibukkan dengan tuntutan keimanannya, dakwahnya dan
beban-beban tugasnya yang ia tanggung. Allah berfirman:
وَالَّذِينَ
لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
"Dan orang-orang yang
tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan
(orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka
lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al-Furqon: 72)
Jamaah sholat jumat yang
berbahagia
Orang-orang yang mulia
juga adalah orang-orang yang segera sadar ketika diingatkan dan mudah mengambil
pelajaran jika diberi nasehat, terbuka hatinya untuk menerima ayat-ayat Allah
yang mereka terima dengan pemahaman dan mengambil pelajaran. Sehingga, mereka
mengimaninya dengan keimanan yang penuh dengan kesadaran, bukan fanatisme buta
dan tidak menenggelamkan wajah! Jika mereka bersemangat membela aqidah mereka,
membela agama mereka, membela saudara seiman mereka, maka hal itu mereka
lakukan dengan sikap semangat seorang yang mengetahui, penuh kesadaran dan hati
terbuka.
Allah berfirman:
وَالَّذِينَ
إِذَا ذُكِّرُوا بِآَيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا
وَعُمْيَانًا
"Dan orang-orang
yang apabila diberi peringatan dengan ayat- ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah
menghadapinya sebagai orang- orang yang tuli dan buta." 9Al-Furqon:73)
Kaum muslimin yang
dimuliakan Allah
Karakteristik yang
terakhir digambar oleh Al-Quran melalui firman Allah:
وَالَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
"Dan orang-orang
yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami
dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa. (Al-Furqon: 74)
Ini adalah perasaan
fitrah keimanan yang mendalam. Perasaan senang untuk menambah bilangan
orang-orang yang berjalan di jalan Allah. Tidak cukup kesholihahan adalah milik
pribadi, orang-orang yang beriman juga selalu menyenandungkan doa-doa untuk
menambah jumlah orang-orang menyembah Allah. Dan yang pertama adalah keturunan
dan pasangan mereka . Karena mereka itu adalah orang-orang yang terdekat dengan
mereka, mereka itu adalah amanah yang paling pertama yang akan ditanyakan kepada
mereka.
Mereka juga berkeinginan
agar orang-orang beriman merasakan bahwa ia menjadi teladan bagi kebaikan, dan
dijadikan contoh oleh orang-orang yang ingin menuju Allah. Dalam hal ini, tidak
ada indikasi kesombongan atau merasa hebat karena suluruh rombongan berada
dalam perjalanan menuju Allah. Itulah hamba-hamba Allah yang maha penyayang,
yang akan mendapat kemuliaan sesungguhnya berupa surga di sisi Allah.
أَقُولُ
قَوْلِي هَذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ
الرَّحيمُ.